Sektor properti akan tumbuh positif pada tahun 2016 dengan proyeksi ekonomi dan iklim bisnis yang membaik.
Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit, mengungkapkan hal tersebut. Menurut dia, berbagai faktor memengaruhi pulihnya sektor properti tahun depan. Pertama adalah kebijakan relaksasi kredit properti melaluiloan to value (LTV) yang berlaku efektif Juli 2015 akan sangat terasa pada kuartal pertama 2016.
“Kedua kredit properti tumbuh 15 persen lebih tinggi dibanding tahun ini. Termasuk kredit konstruksi, real estat, dan kredit pemilikan rumah atau apartemen (KPR/A) yang tumbuh menjadi Rp 76 triliun,” papar Panangian.
Ketiga, lanjut Panangian, tumbuhnya pasar perumahan segmen menengah bawah untuk kisaran harga di bawah Rp 600 juta. Pertumbuhan diperkirakan sebesar 8 persen hingga 110 persen.
Demikian halnya dengan pasar apartemen segmen kelas menengah seharga Rp 1 miliar ke atas. Dalam teropongan PSPI, segmen pasar ini akan mengalami lonjakan pertumbuhan sebesar 10 persen hingga 12 persen.
Faktor keempat adalah rendahnya tingkat inflasi dan suku bunga (BI Rate) yang diperkirakan bakal melandai menjadi 5,75 persen.
Percepatan realisasi pembangunan infrastruktur, kata Panangian, juga ikut membantu bangkitnya sektor properti. Pada gilirannya, perekonomian pun ikut terdongkrak menjadi sekitar 5,3 persen-6 persen.
“Dampaknya, daya beli konsumen meningkat. Mereka punya kemampuan lebih untuk membeli hunian dan jenis properti lainnya,” tandas Panangian.
Studi Cushman & Wakefield Indonesia juga menunjukkan optimisme. Semua sub-sektor properti seperti perkantoran, pusat belanja sewa, apartemen sewa, hotel dan perumahan , terutama di Jakarta, tumbuh signifikan.
Pertumbuhan tersebut ditandai meningkatnya jumlah pasokan. Di sub-sektor perkantoran, misalnya, tahun depan akan masuk seluas 700.000 meter persegi ruang kantor.
Masuknya sejumlah besar pasokan baru tersebut, terutama di Central Business District (CBD) Jakarta, mendorong tingkat penyerapan lebih tinggi yakni 220.000 meter persegi.
Pasokan juga akan tumbuh di sub-sektor pusat belanja dengan tingkat pra-komitmen yang sehat.
Jika hingga akhir 2015 kegiatan ritel tidak terlalu aktif, tahun depan justru tumbuh 9 persen terutama di Jakarta. pasokan berasal dari beberapa pusat gaya hidup (lifestyle center), dan one stop shopping center macam Central Park Extension.
Sedangkan di kawasan Bodetabek, pasokan pusat belanja meningkat 7,4 persen tahun depan. Angka ini berasal dari penyelesaian Mal Metropolitan Cileungsi.
Demikian halnya pasokan apartemen sewa servis di Jakarta yang bertambah 9,6 persen dengan beroperasinya Fraser Setaibudi dan Somerset Kencana.
Sedangkan pasokan apartemen sewa servis di luar Jakarta yakni Cikarang, Karawang, dan Bekasi, meningkat 9,4 persen yang berasal dari Delonix Hotel Extension. Apartemen tersebut berkontribusi 80 unit terhadap total pasokan 931 unit.
Di sub-sektor perumahan, Cushman & Wakefield Indonesia memprediksi pasarnya akan lebih baik pada tahun 2016 mendatang.
Aturan LTV baru mendorong pembalian rumah semakin aktif. Aturan tersebut mencantumkan batas maksimum LTV sebesar 80 persen untuk transaksi kredit properti pertama, sementara batas maksimum 70 persen dan 60 persen untuk transaksi kredit kedua dan ketiga.
Tingkat pertumbuhan tahunan diharapkan dapat mencapai 3,9 persen pada tahun depan, atau naik moderat 0,3 persen dibandingkan tahun ini sebesar 3,6 persen.
Demikian halnya pertumbuhan pasokan juga akan meningkat menjai 4,1 persen yang didominasi rumah untuk segmen menengah bawah dan menengah.